Bahan material Adukan Beton "LENGKAP"
Campuran Beton
1. Batu Beton
Bahan beton aalah istilah lapangan yang
sering digunakan di daerah tertentu, sebenarnya istilah teknik sesuai SNI
disebut sebagai Agregat Kasar; yaitu
batu beton atau kerikil atau batu pecah, sebagai bahan agregat kasar,
terdiri dari batuan alam utuh, dan batuan alam yang dipecah. Kerikil
(gravel) adalah bebatuan kecil dan
biasanya diambil dari sungai, dan ada pula batu granit yang
dipecahkan. Ukuran Agregat Kasar (batu beton/kerikil) yang selalu digunakan
ialah antara 2 mm dan 75 mm. Selan utnuk bahan beton, kerikil sering digunakan
dalam pembangunan badan jalan, dan sebagai batu campuran untuk sirtu. Batu kerikil, dapat dibedakan atas;
kerikil galian, kerikil sungai dan kerikil pantai.Kerikil galian biasanya mengandung
zat-zat seperti tanah liat, debu, pasir danzat-zat organik.Kerikil sungai dan
kerikil pantai biasanya bebas dari zatzatyang tercampur, permukaannya licin dan
bentuknya lebih bulat, kerikil alam yang kasar akanmenjamin pengikatan adukan
lebih baik. Terdapat beberapa jenis batu kerikil yang sudah dikenali, yakni:
·
Kerikil
tepi
·
Kerikil
pantai
·
Cadas
teluk
·
Cadas
tumbukan
·
Kerikil
tumbukan
·
Kerikil
murni
·
Kerikil
sisa
·
Kerikil
gunung
Batu pecah
atau disebut juga kricak (Split Stone / Batu Split/ Batu Pecah), adalah agregat kasar yang diperoleh dari
batu alamyang dipecah, berukuran 5-70 mm. Proses panggilingan biasanyadilakukan
dengan mesin pemecah batu (crusher).Batu beton atau split untuk betonmempunyai
bentuk bervariasi sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dalam membuat sebuah
konstruksi bangunan. Istilah bentuk atau tipe batu split untuk beton disebutkan sesuai ukurannya di pasaran ada
1-2, 2-3, dan 3-4 dalam ukuran centi meter. Sebagai contoh jika kita akan
mengerjakan konstruksi bangunan sebuah tiang atau kolom cor beton dengan ukuran
20 cm x 30 cm atau 30 cm x 30 cm kita bisa menggunakan batu split ukuran
terbesar yaitu tipe 3-4, tetapi jika kita akan mengerjakan pengecoran
kolom praktis yang hanya berukuran 10 cm x 10 cm maka sebaiknya kita
menggunakan ukuran yang paling kecil yaitu tipe 1-2.
Menurut ukurannya, batu
beton jenis spilt/kricak dapat dibedakan atas;
a. Ukuran
butir : 5 - 1 0 mm disebut spilt/kricak halus,
b. Ukuran
butir : 10-20 mm disebut spilt/kricak
sedang,
c. Ukuran
butir : 20-40 mm disebut spilt/kricak kasar,
d. Ukuran
butir : 40-70 mm disebut spilt/kricak kasar sekali.
Gambar 2-1 :
Batu Beton (Kerikil/Spilt)
Pada umumnya yang dimaksud
dengan agregat kasar adalah agregat dengan besar butir lebih dari 5 mm,
sebagai bahan adukan beton, maka agregat kasar harus diperiksa baik secar
visual dan bila perlu menggunakan laboratorium pengujian, untuk mutu beton
khusus. Bahan betin agregat kasar harus terdiri dari butir-butir keras dan
tidak berpori, agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya
dapatdipakai, apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melebihi 20%dari
berat agregat seluruhnya. Butir-butir agregat kasar harus bersifatkekal,
artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruhcuaca.Agregat kasar tidak
boleh mengandung lumpur lebih dari 1%,
ditentukan terhadap berat kering, dan juga tidak boleh mengandung zat-zat yang
dapatmerusak beton.
Parameter untuk Agregat Kasar (Split) untuk
beton structural
yang harus dipenuhi oleh material agregat kasar
(split/kerikil) yang digunakan dalam campuran beton untuk keperluan pengecekan
hasil pengujian agregat kasar di laboratorium atau pemeriksaan praktis di
lapangan. Ketentuan agregat kasar, adalah yang butirannya tertinggal (tertahan)
pada saringan/ayakan, sesuai pada ketentuan berikut ini;
- 4,80 mm (sesuai ketenuan SNI dan SII.0052-1980)
- 4,75 mm (sesuai ketentuan ASTM C33.1982)
- 5,00 mm (sesuai ketentuan BS.812.1976)
Peraturan
terkait dengan parameter-parameter yang harus dipenuhi terdapat pada:
- PBI 1971 NI 2 (Peraturan Beton Bertulang Indonesia)
- SNI-03-2847-2002 (Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung)
- SNI 03-1749-1990 ( Agregat untuk Aduk dan Beton, Cara Penentuan Besar Butir)
- SNI 03-1750-1990 ( Agregat beton, Mutu dan Cara Uji)
- SII.0052-80 (Mutu dan Cara Uji Agregat Beton)
- ASTM C-33 (Specification For Concrete Aggregates)
- ASTM C-989 (Specification for Ground Granulated Blast-Furnace Slag for Use in Concrete and Mortars)
- ACI 318 (Building Code Requirements for Structural Concrete)
Peraturan
terkait dengan pengujian agregat kasar antara lain:
- SNI-1969-2008 (Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar)
- SNI-2417-2008 Cara Uji Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles)
- SNI-3407-2008 (Cara Uji Sifat Kekekalan Agregat Dengan Cara Perendaman Menggunakan Larutan Natrium Sulfat atau Magnesium Sulfat)
- ASTM C136 (Standard Test Method for Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregates)
- ASTM C123 / C123M (Standard Test Method for Lightweight Particles in Aggregate)
- ASTM C142 / C142M (Standard Test Method for Clay Lumps and Friable Particles in Aggregates)
- ASTM C127 (Standard Test Method for Density, Relative Density (Specific Gravity), and Absorption of Coarse Aggregate)
- ASTM C-131 (Test Method for Resistance to Degradation of Small-Size Coarse Aggregate by Abrasion and Impact in the Los Angeles Machine)
- ASTM C-535 Test Method for Resistance to Degradation of Large-Size Coarse Aggregate by Abrasion and Impact in the Los Angeles Machine)
- ASTM C88 (Standard Test Method for Soundness of Aggregates by Use of Sodium Sulfate or Magnesium Sulfate)
- ASTM C-117 (Standard Test Method for Materials Finer than 75-μm (No. 200) Sieve in Mineral Aggregates by Washing)
- ASTM C566 (Standard Test Method for Total Evaporable Moisture Content of Aggregate by Drying)
2.
Pasir
Pasir
adalah agregat halus bahan beton, agregat halus adalahSNI 02-6820-2002 , agregat halus adalah agregat dengan besar
butir maksimum 4,75 mm, agregat halus merupakan agregat yang besarnya tidak
lebih dari 5 mm, sehingga pasir dapat berupa pasir alam atau berupa pasir dari
pemecahan batu yang dihasilkan oleh pemecah batu. Sementara itu, menurut SNI 1737-1989-F , agregat adalah
sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir,atau mineral lainnya baik
berupa hasil alam maupun hasil buatan. Pasir adalah bahan batuan halus, terdiri
dari butiran dengan ukuran 0,14-5 mm, didapat dari basil desintegrasi batuan
alam (natural sand)atau dengan memecah (artificial sand). Sebagai
bahan adukan, baik untuk spesi maupun beton, maka agregat halus harus diperiksa
secara lapangan.
Dari ukurannya
ini, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu agregat kasar dan
agregat halus (Ulasan PB,1989:9).
1.
Agregat halus; Agregat halus ialah agregat
yang semua butirnya menembus ayakan berlubang 4.8mm (SII.0052,1980) atau 4.75mm
(ASTM C33,1982) atau 5.0mm (BS.812,1976).
2. Agregat
kasar; Agregat kasar ialah agregat yang semua butirnya tertinggal diatas
ayakan berlubang 4.8mm (SII.0052,1980) atau 4.75mm (ASTM C33,1982) atau 5.0mm
(BS.812,1976).
Gradasi agregat ialah distribusi dari
ukuran agregat. Distribusi ini
bervariasi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu gradasi sela (gap grade), gradasi
menerus (continous grade), dan gradasi seragam (uniform grade). Untuk
mengetahui gradasi tersebut dilakukan pengujian melalui analisa ayak sesuai
dengan standar dari BS-812, ASTM C-33, C136, ASHTO T.27 ataupun standar
Indonesia.
Persyaratan
agregat halus secara umum menurut SNI
03-6821-2002 adalah sebagai berikut:
a) Agregat halus terdiri dari
butir-butir tajam dan keras.
b) Butir-butir halus
bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca. Sifat
kekal agregat halus dapat di uji dengan larutan jenuh garam. Jika dipakai
natrium sulfat maksimum bagian yang hancur adalah 10% berat. Sedangkan jika
dipakai magnesium sulfat
c) Agregat halus tidak boleh
mengandung lumpur lebih dari 5% (terhadap berat kering), jika kadar lumpur
melampaui 5% maka pasir harus di cuci
Gradasi
agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila butir-butir
agregat mempunyai ukuran yang sama (seragam) volume pori akan besar.
Sebaliknya bila ukuran butir-butirnya bervariasi akan terjadi volume pori
yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil mengisi pori diantara
butiran yang besar, sehingga pori-porinya sedikit, dengan kata lain
kemampatannya tinggi. Pada agregat untuk pembuatan beton diinginkan suatu
butiran yang berkemampatan tinggi, karena volume pornya sedikit maka bahan
pengiat yang dibutuhkan juga sedikit. Menurut SK SNI T-15-1990-03 , kekasaran pasir dapat dibedakan menjadi
empat kelompok menurut gradasinya, yaitu :
1) Pasir Kasar
2) Pasir Agak Kasar
3) Pasir Agak Halus
4) Pasir Halus
3. Semen (Portland Cement/PC)
Semen adalah zat yang digunakan untuk merekat batu, bata, batako, maupun bahan bangunan lainnya.
Sedangkan kata semen sendiri berasal dari bahasa latin caementum , yang artinya "memotong menjadi bagian-bagian kecil tak
beraturan". Sejarah
menceritakan bahwa fungsi semen sejak
zaman dahulu, pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi,
tepatnya di Pozzuoli,
dekat teluk Napoli, Italia.
Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana. Semen, sebelum mencapai bentuk
seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil
percampuran batu
kapur dan
abu vulkanis.Sejarah menjelaskan dalam perkembangan peradaban manusia khususnya
dalam hal bangunan,
tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan
batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau
lainnya.
Semen
Portland (sering disebut sebagai OPC, dari Ordinary Portland Cement) adalah
jenis yang paling umum dari semen dalam penggunaan umum di seluruhdunia karena
merupakan bahan dasar beton, plesteran semen, dan sebagian besarnon-nat khusus.
Ini adalah bubuk halus yang diproduksi dengan menggiling klinker semen Portland
(lebih dari 90%), jumlah terbatas kalsium sulfat (yang mengontrol waktu yang
ditetapkan) dan sampai 5% bagian kecil sebagaimana diizinkan oleh berbagai
standar. Sejarah Semen Portland dikembangkan dari semen alami yangterbuat di
Inggris pada awal abad kesembilan belas, dan namanya berasal darikemiripannya
dengan batu Portland, jenis bangunan batu yang digali di Isle of Portland di
Dorset, Inggris.
Penggunaan yang paling umum untuk semen Portland adalah dalam produksi beton, adalah material komposit yang terdiri dari agregat kerikil, pasir, semen, dan air. Sebagai bahan konstruksi, beton dapat dicetak dalam hampir semua bentuk yang diinginkan, dan sekali mengeras, dapat menjadi elemen struktur. Penggunaan Semen Portland (PC) juga digunakan dalam mortar, yaitu campuran pasir denga air saja. Adonan campuran semen dengan air dicampur dalam beberapa jam dapat mengeras, dan semakin lama akan semakin sempurna kekerasannya. Pada prinsipnya, kekuatan beton akan terus meningkat perlahan-lahan selama air tersedia untuk hidrasi lanjutan, beton biasanya kering setelah normalnya 21 hari, dan lama kelamaan akan mencapai titik kekerasan maksimal.
Semen portland diklasifikasikan dalam lima
tipe yaitu :
1)
Tipe I (Ordinary Portland
Cement); Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratn
khusus seperti yang dipersyaratkan pada tipe-tipe lain.Tipe semen ini paling
banyak diproduksi dan banyak dipasaran
2)
Tipe II (Moderate sulfat
resistance); Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan
terhadap sulfat atau panas hidrasi sedang. Tipe II ini mempunyai panas hidrasi
yang lebih rendah dibanding semen Portland Tipe I. Pada daerah–daerah tertentu
dimana suhu agak tinggi, maka untuk mengurangi penggunaan air selama
pengeringan agar tidak terjadiSrinkege (penyusutan) yang besar perlu
ditambahkan sifat moderat “Heat
of hydration”. Semen Portland tipe II ini disarankan untuk dipakai pada
bangunan seperti bendungan, dermaga dan landasan berat yang ditandai adanya
kolom-kolom dan dimana proses hidrasi rendah juga merupakan pertimbangan utama
3)
Tipe III (High Early
Strength); Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan yang
tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.Semen tipe III ini
dibuat dengan kehalusan yang tinggi blaine biasa mencapai 5000 cm2/gr dengan
nilai C3S nya juga tinggi. Beton yang dibuat dengan menggunakan semen Portland
tipe III ini dalam waktu 24 jam dapat mencapai kekuatan yang sama dengan
kekuatan yang dicapai semen Portland tipe I pada umur 3 hari, dan dalam umur 7
hari semen Portland tipe III ini kekuatannya menyamai beton dengan menggunakan
semen portlan tipe I pada umur 28 hari
4)
Tipe IV (Low Heat Of
Hydration); Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi
rendah. Penggunaan semen ini banyak ditujukan untuk struktur Concrette (beton)
yang massive dan dengan volume yang besar, seprti bendungan, dam, lapangan
udara. Dimana kenaikan temperatur dari panas yang dihasilkan selama periode
pengerasan diusahakan seminimal mungkin sehingga tidak terjadi pengembangan
volume beton yang bisa menimbulkan cracking (retak). Pengembangan kuat tekan
(strength) dari semen jenis ini juga sangat lambat jika dibanding semen
portland tipe I
5)
Tipe V (Sulfat Resistance
Cement); Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi
terhadap sulfat. Semen jenis ini cocok digunakan untuk pembuatan beton pada
daerah yang tanah dan airnya mempunyai kandungan garam sulfat tinggi seperti:
air laut, daerah tambang, air payau dsb.
Tipe Semen Portland Berdasarkan Komponen
Penyusun
Semen
Portland merupakan perekat hidrolik yang dihasilkan dari penggilingan klinker
yang kandungan utamanya kalsium silikat dari satu atau dua betuk kalsium
silikat sebagai bahan tambahan. Berdasarkan standar nasional Indonesia SNI
15-2049-2004 yang juga sesuai dengan standar ASTM C 150-95 a, semen portland
dibagi menjadi lima tipe diantaranya:
1)
Tipe-I: Komposisi kimia utamanya yaitu Trikalsium Silikat
(C3S) 49%, Dikalsium Silikat (C2S) 25%, Trikalsium
Aluminat (C3A) 12%, Tetrakalsium Alumino Ferit (C3AF) 8%.
Semen tipe ini dipakai untuk segala macam konstruksi yang tidak memerlukan
persyaratan khusus, seperti ketahanan terhadap sulfat, panas hidrasi atau
kekuatan awal yang tinggi. Di Indonesia hampir 70% menggunakan seme tipe
ini.
2)
Tipe II: Komposisi kimia
terdiri dari C3S 46%, C2S 29%, C3A 6%, C3AF
12%. Semen tipe ini dipakai untuk jenis konstruksi yang mensyaratkan ketahanan
terhadap sulfat yang sedang yaitu pada lokasi yang air tanahnya mengandung
sulfat 0.08% - 0,17%.
3)
Tipe III: Komposisi kimia terdiri dari C3S 56%, C2S
15%, C3A 12%, C3AF 8%. Semen ini dipakai untuk jenis
konstruksi yang mensyaratkan kuat tekan awal yang tinggi, biasanya dipakai pada
keadaan darurat atau musim dingin.
4)
Tipe IV: Komposisi kimia
terdiri dari C3S 38%, C2S 49%, C3A 4%, C3AF
15%. Semen tipe ini dipakai untuk pembuatan dam-dam besar da tebal yang
memerlukan panAs hidrasi rendah
5)
Tipe V: Komposisi kimia
terdiri dari C3S 38%, C2S 49%, C3A 4%, C3AF
15%. Semen ini dipakai untuk keperluan jenis konstruksi yang mensyaratkan
ketahanan sulfat yang tinggi.
Tabel 2-1 : Karakter Semen dan
Penggunaannya
NO
|
JENIS
SEMEN |
KARAKTER
|
APLIKASI
PENGGUNAAN
|
1
|
I
|
§
Waktu ikat awal ± 120 menit.
§
Waktu ikat akhir ± 300 menit
|
Normal, tidak memerlukan
persyaratan khusus
|
2
|
II
|
§ Waktu ikat = PC tipe I
§ Panas hidrasi sedang
|
Moderate sulfate
resistance, misal
untuk
konstruksi bawah tanah
|
3
|
III
|
§
Komposisi kimia setara dgntipe
I
§
Butiran partikel jauh lebih
halus
|
High early strength, untuk
struktur yg memerlukan
kekuatan awal yang tinggi
|
4
|
IV
|
§
Panas hidrasi rendah
|
Low heat of hydration,
digunakan untuk struktur
dengan massa beton yang
besar misalnya graving dam
|
5
|
V
|
§ Perkembangan kuat tekan lebih lambat dibanding tipe I
§ Waktu ikat awal ± 240 menit
§
Waktu ikat akhir ± 480 menit
|
High sulfate resistance,
digunakan untuk konstruksi
yg memerlukan ketahanan
yg tinggi terhadap serangan
sulfat
|
Pemeriksaan mutu semen, mungkin tidak perlu kita bicarakan
disini, karena secara standar setiap produksi semen telah mengalami pengawasan
uji mutu dari pabrik.setidaknya, bila tidak ada enyimpangan dalam transportasi,
setiap semen yag dikirim dalam bentuk kemasan tertutup dari toko, dijamin pasti
sudah melewati uji mutu yang standar. Jadi perlu diawasi dan diperiksa adalah
campuran beton, dari material semen, pasir dan spilt. Untuk konstruksi bangunan sederhana,
seperti bangunan rumah tinggal, ruko, gedung pertemuan, jalan beton,
pemeriksaan semen dilapangan sangat jarang dilakukan, karena semen portland
yang beredardi pasaran sudah melalui pengawasan yang ketat dari mulai instansi
perindustrian, perdagangan dan pengawasan mutu produk di Indonesia.
Beriktu ini adalah bahan
bacaan untuk pemahaman tentang bahan, syarat adukan campuran dan adukan beton.
Ketentuan menurut SNI 03-4810-1998, tentang bahan berbunyi:
Pasal 2.2.2
Bahan; Bahan
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
11) Semen
sesuai dengan SNI 15-2049-1990, Semen Portland, Mutu dan Cara Uji;
22) Air
sesuai SNI 03-6861.1-2002, Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan
Non Logam);
33)
Bahan tambahan sesuai dengan SNI
03-2495-1991, Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton;
44)
Agregat sesuai dengan SNI
03-1750-1990 Agregat Beton, Mutu dan Cara Uji.
Ketentuan menurut SNI 03-4810-1998, tentang campuran beton
segar, berbunyi:
Pasal
2.2.4 Campuran Beton Segar
Campuran beton segar harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut :
§ Diambil
sesuai dengan SNI 03-1972-1990, Metode Pengambilan Contoh Campuran Beton Segar;
§ Uji
slump sesuai dengan SNI 03-1972-1990, Metode Pengujian Slump Beton;
§ Uji
kandungan udara sesuai dengan SNI 03-3418-1994, Metode Pengujian Kandungan
Udara pada Beton Segar dan ASTM Standard C-231, Tets Method for Air Content of
Freshly Mixed Concrete by the Pressure Method;
§
Pengukuran suhu sesuai dengan ASTM
Standard C 1064, Test Method for Temperature of Freshly Mixed Portland Cement
Concrete.
SNI Untuk
Konstruksi Beton, Spesifikasi Agregat Ringan
Untuk Batu Cetak Beton Pasangan Dinding, [ SNI 03-6821-2002 ].
v Spesifikasi
ini mencakup ketentuan mengenai agregat ringan yang
digunakan dalam pembuatan batu cetak beton ringan untuk untuk pasangan dinding
dan persyaratan yang meliputi komposisi kimia dan sifat-sifat fisis agregat
ringan
SNI Untuk
Konstruksi Beton, Spesifikasi Agregat Ringan
Untuk Beton Ringan Struktur, [ SNI 03-2461-2002 ].
v Standar
ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai pegangan bagi produsen/ perencana dan
pelaksanaan pekerjaan beton dalam menilai mutu agregat ringan yang memenuhi
persyaratan. Spesifikasi ini mencakup ketentuan mengenai agregat ringan yang
digunakan dalam pembuatan beton struktural dengan pertimbangan utamanya adalah
ringannya bobot dan tingginya kekuatan, yang meliputi persyaratan mengenai
komposisi kimia, sifat fisis serta penggantian pasir alam. Nilai dinyatakan
dalam satuan metrik yang digunakan sebagai standar
SNI
Untuk Konstruksi Beton,
Tata cara pembuatan rencana
campuran
beton normal, SNI 03-2834-2000
Ketentuan (pasal) 2. Acuan
§ SNI-03-1750-1990, Mutu dan Cara Uji Agregat Beton
§ SNI-15-2049-1994, Semen Portland
§ SK SNI S-04-1989-F, Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan
Bangunan Bukan Logam),
§ SNI-03-2914-1992, Spesifikasi Beton Tahan Sulfat.
§ SNI-03-2915-1992, Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air
§ American Concrete Institute (ACI) – 1995, Design of Normal
Concrete Mixes, Building Code Requirements for Reinforced Concrete
§ British Standard Institution (BSI) – 1973, Spesification for
Aggregates from Natural Sources for Concrete, (Including Granolithic), Part 2
Metric Units.
§ Development of the Environment (DOE) 1975, Design of Normal
Concrete Mixes, Building Research Establisment.
Ketentuan (pasal) 3.
Pengertian
Dalam standar ini yang
dimaksud dengan:
1) Beton adalah campuran
antara semen Portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat
kasar dan air dengan atau tampa bahan tambah membentuk massa padat;
2) Beton normal adalah beton
yang mempunyai berat isi (2200 – 2500) kg/m3 menggunakan agregat alam yang
dipecah;
3) Agregat halus adalah pasir
alam sebagai hasil desintegrasi secara alami dari batu atau pasir yang
dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5,0
mm
4) Agregat kasar adalah kerikil
sebagai hasil desintegrasi alami dari batu atau berupa batu pecah yang
diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5 mm –
40 mm
5) Kuat tekan beton
yang disyaratkan f ,c adalah kuat tekan yang ditetapkan oleh perencana struktur
(berdasarkan benda uji berbentuk silinder diameter 150 mm, tinggi 300 mm): (Sumber SNI 03-2834-200, halaman-1)
6) Kuat tekan beton
yang ditargetkan fcr adalah kuat tekan rata rata yang diharapkan dapat dicapai yang
lebih besar dari f,c;
7) Kadar air bebas adalah jumlah
air yang dicampur ke dalam beton untuk mencapai konsistensi tertentu, tidak
termasuk air yang diserap oleh agregat;
8) Faktor air semen
adalah
angka perbandingan antara berat air bebas dan berat semen dalam beton;
9) Slump adalah salah
satu ukuran kekentalan adukan beton dinyatakan dalam mm ditentukan dengan alat
kerucut abram (SNI 03-1972-1990 tentang Metode Pengujian Slump Beton Semen
Portland);
10) Pozolan adalah bahan
yang mengandung silica amorf, apabila dicampur dengan kapur dan air akan
membentuk benda padat yang keras dan bahan yang tergolongkan pozolan adalah
tras, semen merah, abu terbang, dan bubukan terak tanur tinggi
11) Semen
Portland-pozolan adalah campuran semen Porland dengan pozolan antara 15%-40% berat
total camnpuran dan kandungan SiO2 + Al2O3+Fe2O3 dalam
pozolan minimum 70%;
12) Semen
Portland tipe I adalah semen Portland untuk penggunaan umum tanpa persyaratan
khusus;
13) Semen
Portland tipe II adalah semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahan
terhadap sulfat dan kalor hidrasi sedang;
14) Semen
Portland tipe III adalah semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi;
15) Semen
Portland tipe V adalah semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahan
yang tinggi terhadap sulfat;
16) bahan
tambah adalah bahan yang ditambahkan pada campuran bahan pembuatan beton
untuk tujuan tertentu.
Perancangan
Beton Metode DOE
Perancangan mix design
menggunakan cara DOE (Department of Environment),
merupakan standar perencanaan oleh
Departemen Pekerjaan Umum di Indonesia dan dimuat dalam buku standar SK SNI T-15-1990. Pemakaian
metode DOE karena metode ini yang paling sederhana dengan menghasilkan hasil
yang akurat, diantaranya penggunaan rumus dan grafik yang sederhana. Secara
garis besar langkah perhitungan mix
design cara
DOE dapat diuraikan, seperti;
a)
menentukan kuat tekan rata-rata rencana
(f’c);
b)
faktor air semen; nilai
slump;
c)
besar butir agregat
maksimum;
d)
kadar air bebas; proporsi
agregat;
e)
berat jenis agregat
gabungan, dan
f)
menghitung proporsi campuran
beton.
Tahapan Mix Design Metode DEO
1) Tahap (I). Tentukan rasio Air dan Rasio Semen yang diperlukan untuk Kekuatan;
a)
Menggunakan margin/tertentu atau perhitungan margin untuk
diberikan proporsi barang cacat dan deviasi standar
statistik .
b)
Dapatkan target
kekuatan dengan menambahkan marjin yang dibutuhkan kekuatan
karakteristik .
c)
Mendapatkan air/semen yang akan memberikan kekuatan untuk beton yang dibuat.
2) Tahap (II). Menentukan
Kadar Air yang diperlukan untuk workability;
a)
Menggunakan ketentuan kadar air bebas minimum, untuk beton,
dengan jenis agregat halus, agregat kasar jenis dan ukuran maksimum agregat
kasar.
b)
Jika kadar air
bebas telah ditentukan untuk menyesuaikan kadar air yang diperlukan, dan mengurangi bahan
tambahan yang ditentukan.
3) Tahap (III). Menentukan
Kadar Semen Diperlukan;
a)
Dapatkan
minimum konten semen, yang diperlukan untuk kekuatan, dengan membagi kadar
air yang diperoleh
pada Tahap (II) dengan kadar air/ semen diperoleh di Tahap (I).
b)
Periksa isi
semen minimum, yang diperlukan untuk kekuatan, maksimum yang diizinkan.
c)
Periksa isi
semen minimum, yang diperlukan untuk kekuatan, terhadap isi semen
minimum , yang diperbolehkan untuk daya tahan, dan mengadopsi mana yang
lebih besar untuk menjadi kadar semen dalam campuran.
d)
Bagilah kadar
air bebas oleh kandungan semen yang digunakan dalam campuran untuk
mendapatkan air/ semen .
4) Tahap (IV). Menentukan
Konten Agregat;
a)
Mendapatkan
nilai untuk keseluruhan kepadatan agregat .
b)
Dapatkan
fraksional volume agregat dengan mengurangi volume air proporsional bebas dan
semen dari satuan volume.
c)
Hitung total
agregat dengan membagi volume agregat dengan kepadatan agregat.
5) Tahap (V). Menentukan
Konten Fine Agregat;
a)
Baik
menggunakan nilai yang ditentukan dari persentase agregat halus ,
atau mendapatkan persentase agregat halus, yang akan
memberikan workability untuk beton dibuat dengan memberikan gradasi
agregat halus , ukuran maksimum agregat kasar dan air/ semen
diperoleh Tahap (III).
b)
Hitung isi
agregat kasar dan halus dari total agregat diperoleh pada Tahap (IV) dan
persentase agregat halus.
Rancangan
Campuran menggunakan British Standard ini telah lama dikenal di Eropa. Di
Indonesia, cara ini juga dipakai sebagai dasar perencanaan campuran beton di
PBI 1971. Metode ini dikembangkan berdasarkan kandungan semen dan agregat yang
sesuai dengan British Standard. Namun karena British Standard juga mensyaratkan
material yang harus memenuhi spesifikasi, maka metode ini juga dapat digunakan
sebagai pijakan untuk memperoleh beton mutu tinggi.
Metode
ini banyak digunakan sebagai referensi bagi perancangan campuran beton, karena
mudah disesuaikan dengan kondisi material yang ada di Indonesia. Metode ini
pada mulanya diambil dari Road Note No.4 yang dikeluarkan di Inggris pada tahun
1950 yang sebenarnya adalah pedoman untuk perancangan campuran perkerasan beton
semen pada jalan raya. Pada tahun 1975, Road Note No.4 digantikan oleh “Design
of Normal Concrete Mixes” yang dikeluarkan oleh British Department Of
Environment atau lebih dikenal dengan istilah DOE. Pada tahun 1988, “Design of
Normal Concrete Mixes” diperbarui lagi demi melihat perkembangan dan kebutuhan
akan rancangan campuran beton.
LANGKAH-LANGKAH
PERHITUNGAN
Perhitungan
rancangan campuran beton metode British Standard menggunakan beberapa tabel dan
grafik yang menunjang. Berikut ini adalah langkah-langkahnya :
1.
Menentukan
kuat tekan beton rata-rata: Nilai kuat tekan beton rata-rata dapat ditentukan
dengan rumus :
2.
Menentukan
kadar air bebas: Kandungan air bebas dapat ditentukan dengan tabel di bawah
in
Tabel
: Kandungan air bebas
(“Civil
Engineering Handbook” oleh VN Vaziran dan SP chandola)
Menentukan
kadar semen: Kadar semen dapat ditentukan dengan menggunakan grafik di bawah
ini.
Grafik : Grafik kuat tekan vs faktor air semen
(“Civil
Engineering Handbook” oleh VN Vaziran dan SP chandola)
Garis
lengkung dalam grafik mewakili jumlah hari dimana tes kokoh beton akan
dilakukan. Garis lengkung tersebut didapat dari tabel di bawah ini.
Tabel
: Tabel kuat tekan campuran beton dengan FAS 0.5
(“Civil
Engineering Handbook” oleh VN Vaziran dan SP chandola)
Cara
menggunakan grafik di atas, adalah
sebagai berikut:
a)
Setelah
mengetahui nilai kuat tekan rata-rata, maka tarik garis horisontal sampai memotong garis
lengkung.
b)
Dari
perpotongan dengan garis lengkung kemudian tarik garis vertikal yang
menghasilkan nilai Faktor Air Semen.
c)
Kadar
semen ditentukan dengan membagi kandungan air bebas dengan nilai FAS-nya.
d)
Menghitung
masing-masing fraksi agregat; Berat masing-masing agregat dapat ditentukan
dengan menggunakan analisa gradasi saringan. Gradasi agregat gabungan dimulai
dengan analisa gradasi pasir (agregat halus) untuk menentukan letak zona
pasirnya (grafik) kemudian menggabungkannya dengan gradasi saringan kerikil
(agregat kasar) yang menghasilkan analisa agregat gabungan..
CURVE
PASIR ZONA 1
Grafik:
curva pasir zona 1
(diambil
dari buku “Civil Engineering Handbook” oleh VN Vaziran dan SP chandola)
CURVE
PASIR ZONA 2
Grafik:
curva pasir zona 2
(diambil
dari buku “Civil Engineering Handbook” oleh VN Vaziran dan SP chandola)
CURVE
PASIR ZONA 3
Grafik:
curva pasir zona 3
(“Civil
Engineering Handbook” oleh VN Vaziran dan SP chandola)
CURVE
PASIR ZONA 4
Grafik
2.5 Curva pasir zona-4
(Civil
Engineering Handbook: oleh VN Vaziran dan SP chandola)
Setelah
menentukan zona pasirnya, maka kurva pasirnya digabung dengan kurva agregat
kasar sehingga menghasilkan perpaduan antara 2 kurva.
Grafik:
Curve Gradasi Campuran
(“Civil
Engineering Handbook” oleh VN Vaziran dan SP chandola)
Untuk
menghitung perbandingan agregat gabungan dapat dihitung dengan rumus :
Langkah
selanjutnya adalah menghitung Berat Jenis gabungan agregat (pasir + kerikil)
dengan menggunakan rumus :
Berikutnya
adalah menghitung volume beton dan komposisi campuran untuk 1 m3 yang dapat
dihitung menggunakan rumus :
Dari
perhitungan volume beton, maka dapat kita ketahui berat dari masing-masing
komponen beton untuk adukan 1 m3.
Komentar
Posting Komentar